MAKALAH PENGUKURAN RESIKO

- Thursday, November 29, 2018

"MAKALAH PENGUKURAN RESIKO"


A.   Pendahuluan
Berbagai macam risiko, seperti risiko terkena banjir dan lain sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika risiko-risiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Oleh karena itu risiko sangat perlu diolah karena risiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian dimana suatu perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya gedung, material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk dijual). Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas. Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.
Risiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajamen risiko. Peran dari manajemen risiko diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya risko yang sangat berlebihan yang dapat membuat perusahaan gulung tikar, oleh sebab itu kita perlu melakukan hal-hal yang lebih terarah, salah satunya dengan mengukur dimensi risiko yang akan terjadi pada diri sendiri pada kasusnya dan perusahaan pada umumnya.

B.    Konsep Pengukuran Risiko
1.      Definisi pengukuran risiko
pengukuran risiko adalah usaha untuk mengetahui besar/kecilnya risiko yang akan terjadi. Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi perusahaan serta dampak dari risiko terhadap kinerja perusahaan, sekaligus melakukan prioritisasi risiko, yang mana yang paling relevan.
Pengukuran risiko dilakukan dengan cara memperkirakan seberapa besar tingkat kerugian (kerusakan) dan probabilitas terjadinya suatu kejadian sangatlah subjektif serta lebih berdasarkan nalar dan pengalaman.  Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak  severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk aset immaterial. Dampak adalah efek biaya, waktu, dan kualitas yang dihasilkan oleh suatu risiko. Setelah mengetahui probabilitas dan dampak dari risiko, kita dapat mengetahui potensi atas risiko tersebut. [1]
Pengukuran risiko adalah keputusan penting yang harus dilakukan oleh manager keuangan atau chief financial officer (CFO) yang mencakup keputusan investasi (investment decision) dan keputusan pendanaan (financial decision). Dalam memasuki pasar, yang kondisi persaingannya sangat ketat, kedua keputusan tersebut harus selalu diupayakan efektif dan efisien karena dapat mengakibatkan biaya tetap. Biaya tetap yang timbul dari keputusan investasi disebut biaya tetap operasi, sedangkan biaya tetap yang ditimbulkan dari keputusan pendanaan disebut biaya tetap pendanaan. Penggunaan biaya tetap yang diupayakan untuk meningkatkan laba disebut leverage
Dengan demikian, ada dua leverage, yaitu leverage operasi dan leverage pendanaan. Dilihat dari sifatnya, biaya tetap menunjukkan biaya yang besarnya tidak dipengaruhi atau tidak berubah meskipun volume penjualan atau produksi mengalami perubahan.[2]

2.      Jenis risiko pada leverage
a.       Risiko leverage operasi
Keputusan leverage operasi menunjukkan keputusan investasi yang menggunakan biaya tetap operasi oleh perusahaan. Leverage operasi dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar penggunaan biaya tetap operasi dalam suatu perusahaan. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tetap operasi, antara lain gaji pegawai, biaya asuransi, depresiasi gedung dan peralatan.
b.      Risiko leverage pendanaan
Keputusan leverage pendanaan menunjukkan keputusan pendanaan yang mengakibatkan adanya biaya tetap pendanaan. Biaya tetap tersebut berupa bunga untuk pendanaan dengan utang, dan dividen untuk pendanaan dengan saham preferen.
c.       Risiko leverage total
Leverage total merupakan kombinasi antara leverage operasi dan leverage pendanaan. Leverage total digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam penggunaan biaya tetap, baik biaya tetap operasi maupun biaya tetap pendanaan.

3.      Dimensi risiko yang diukur
Dimensi yang harus diukur yang berkenaan dengan dua dimensi risiko, yaitu:
a.       Frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi
b.      Keparahan dari kerugian tersebut
Dengan melakukan pengukuran tersebut, dapat diketahui hasil dari identifikasi tersebut, yaitu:

a.       Rata-rata nilainya dalam periode anggaran
b.      Variasi nilai dari suatu periode anggaran ke periode anggaran sebelum dan berikutnya
c.       Dampak keseluruhan dari kerugian itu jika kerugian tersebut ditanggung sendiri
Bebapa hal yang perlu diperhatikan dalam dimensi pengukuran tersebut, antara lain:
a.       Memperhitungkan semua tipe kerugian yang dapat terjadi, terutama dalam kaitannya dengan pengaruhnya terhadap situasi finansial perusahaan
b.      Memerhatikan orang, harta kekayaan atau exposures yang lain, yang tidak terkena peril
c.       Akibat akhir dari peril terhadap kondisi finansial perusahaan lebih parah daripada yang diperhitungkan, antara lain akibat tidak diketahuinya atau tidak diperhitungkannya kerugian-kerugian tidak langsung.
d.      Dalam mengestimasi adanya kerugian penting pula diperhatikan jangka waktu dari suatu kerugian, di samping nilai rupiahnya.

4.      Menentukan tingkat kerugian (keparahan)
Dalam menentukan keparahan kerugian, manager harus berhati-hati untuk memasukkan semua kerugian yang mungkin dapat terjadi sebagai akibat peristiwa tertentu, beserta dampaknya yang terakhir terhadap keuangan perusahaan yang bersangkutan.kerugian rata-rata ini dapat dibandingkan dengan premi asuransi yang harus dibayar jika perusahaan itu meminta perlindungan asuransi.[3]


C.   Pengukuran Risiko dengan Distribusi Probabilitas
1.      Macam distribusi probabilitas
Tiga macam distribusi probabilitas memperhatikan outcome yang mungkin untuk :
1.      Total kerugian per tahun (atas per periode budget)
2.      Banyaknya kejadian per tahun.
3.      Kerugian per kejadian
Untuk menggambarkan ketiga jenis probabilitas itu, kita akan mempertimbangkan contoh tentang kerugian tabrakan mobil :
a.       Total kerugian harta langsung (tidak termasuk kerugian net income, liability loss, atau personal) yang mungkin dialami perusahaan yang disebabkan oleh tabrakan armada atau pengangkutan.
b.      Banyaknya tabrakan per tahun
c.       Total kerugian harta per tabrakan
Contoh ini berkenaan dengan satu jenis kerugian untuk semua unit yang dihadapkan pada kerugian dengan satu penyebab (tabrakan). Distribusi probabilitas bisa di bangun untuk berbagai kombinasi dari pada :
1.    Jenis kerugian
2.    Unit-unit yang mengalami exposure
3.    Penyebab kerugian
Misalnya kehilangan harta sementara dalam pengangkutan karena dicuri orang, kerugian tanggung-gugat yang timbul karena kelalian, dan seterusnya. Dalam prakteknya manajer resiko tidak harus mempertimbangkan semua kombinasi yang mungkin. Biasanya ia akan mempelajari dan menangani secara terpisah ketiga jenis utama kerugian (harta meliputi laba bersih, tanggung-gugat, dan personil) semua unit dari pada suatu klas tertentu produk, mobil dan sebagainya) dan beberapa peril utama (seperti kebakaran, peledakan, kelalaian atau kematian) atau semua penyebab yang bersifat terjadinya secara kebertulan, kecuali yang khusus tidak termasuk ke dalamnya.
Dalam menentukan kerugian yang mungkin yang harus dimasukkan dalam distribusi probabilitas dari pada total kerugian per kejadian, manajer resiko seharusnya memasukkan semua jenis kerugian yang boleh jadi bisa terjadi sebagai akibat event tertentu, mempertimbangkan dampak keuangan terakhir dari pada setiap kerugian, ingat bahwa lebih dari satu unit bisa terkena oleh satu kejadian tunggal, dan gunakan nilai yang didiskontokan untuk kerugian-kerugian yang disebarkan atas periode yang di perpanjang. Disamping itu manajer resiko seharusnya mengenal komplikasi yang sampai saat ini masih diabaikan yaitu bahwa sebagian exposure units bisa mengalami lebih dari satu kerugian per periode budget. Misalnya sebuah mobil mungkin mengalami lebih dari satu kali tabrakan per tahun.
Akhirnya untuk kebanyakan keputusan manajemen resiko, sebaiknya juga membangun distribusi probabilitas untuk total kerugian sesudah pajak dan distribusi probabilitas kerugian sesudah pajak pada setiap kejadian.
2. Teknik Pengukuran Risiko
a.       konsep probabilitas
Dalam menjelaskan konsep mengenai “sample space” (lingkungan kejadian) dan “event” suatu kejadian/peristiwa. Bayangkanlah suatu set, S dari kemungkinan kejadian atau hasil dari suatu keadaan tertentu. Set, S tersebut mungkin saja berupa daftar dari jumlah tabrakan kendaraan di suatu wilayah tertentu, tahun tertentu. Set seperti inilah yang kita sebut dengan ‘sample space’ dari kejadian atau peristiwa yang kita amati. Set yang lain mungkin saja berupa daftar dari orang-orang berusia 25 tahun yang meninggal dunia disuatu daerah tertentu minsalnya saja daerah Sumatra Barat atau mungkin juga berupa daftar dari kapal yang tenggelam ketika berlayar di Samudera Indonesia. [4]
Rumus konsep probabilitas
P (E)    = probabilitas terjadinya event
E          = sub set atau event
S          = sample space atau set
W        = bobot dari masing-masing event
b.National risiko diukur berdasarkan nilai eksposur
Contohnya, pengukuran risiko kredit dengan metode national. Jika perusahaan meminjamkan uang kepada pihak lain senilai Rp. 2 miliar, besarnya risiko kredit berdasarkan pendekatan national adalah Rp2 miliar.
a.       Sensitivitas risiko diukur berdasarkan seberapa sensitive suatu ekposur terhadap perubahan faktor penentu. Contoh paling popular adalah risiko aset keuangan atau sekuritas, yang diukur berdasarkan sensitivitas tingkat pengembalian (return) aset yang bersangkutan terhadap perubahan tingkat pengembalian pasar
b.      Volatilitas risiko diukur berdasarkan seberapa besar nilai eksposur berfluktuasi. Ukuran yang umum adalah standard deviasi. Semakin besar standard deviasi suatu eksposur, semakin berfluktuasi nilai eksposur tersebut, yang berati semakin berisiko eksposur atau aset tersebut
c.       Pendekatan VaR (valu at risk), risiko diukur berdasarkan kerugian. Maksimum yang bias terjadi pada suatu aset atau investasi selama periode tertentu, dengan tingkat keyakinan (level of confidence)  tertentu.
d.      Matriks frekuensi dan sifnifikansi risiko, teknik pengukuran yang cukup sederhana (tidak terlalu melibatkan kuantifikasi yang rumit) adalah mengelompokkan risiko berdasarkan  dua dimensi yaitu frekuensi dan signifikansi.
Ada dua hal dalam proses tersebut, yaitu sebagai berikut:
1)      Mengembangkan standar risiko
Menetapkan standard tersebut untuk risiko yang telah diidentifikasi. Analisis scenario, kemampuan manajer/perusahaan untuk memprediksi sesuatu yang akan terjadi, dan besarnya kerugian yang diperoleh.
2)      Example
Teknik pengukuran berbeda tingkat kecanggihannya, dalam arti berbeda tipe risiko, berbeda juga teknik yang digunakan.




3.konsep probabilitas
Pengukuran kerugian menyangkut kemungkinan (probabilitas) dari kerugian potensial. Dalam mengukur risiko, manajer risiko harus memahami konsep probabilitas tersebut sehingga strategi yang diterapkan akan tepat.
Secara umum, probabilitas adalah “kesempatan/kemungkinan terjadinya suatu kejadian” atau “kemungkinan jangka panjang terjadinya sesuatu”.
a.       Aksioma definisi probabilitas
Probabilitas adalah suatu nilai/rangka yang besarnya berkisar antara 0 sampai 1, yang diberikan pada tiap-tiap event . jumlah hasil penambahan keseluruhan probabilitas dari event-event yang saling pilah dalam sample space adalah 1. Probabilitas suatu event yang terdiri atas sekelompok event yang saling pilah dalam suatu set merupakan hasil penjumlahan dan tiap-tiap probabilitas yang terpisah.
b.      Nilai harapan (expected value)
Expected value dari suatu event dapat ditentukan dengan membuat table untuk hasil-hasil yang mungkin diperoleh dari menilai masing-masing hasil tersebut berdasarkan probabilitasnya. Dengan menjumlahkan masing-masing event akan diperoleh expected value nya.
D. pengukuran risikio dengan pendekatan statistika
1.      pengukuran resiko bisnis
Berkaitan dengan adanya keputusan leverage operasi, perusahaan akan menanggung risiko, yang disebut risiko bisnis. Dalam pendekatan statistika, risiko bisnis diartikan sebagai variabilitas laba operasi atau laba sebelum bunga dan pajak (earning before interest and tax-EBIT).
Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah variabilitas penjualan, variabilitas biaya operasi, dan leverage operasi. Jika ketiga faktor variabilitas tersebut meningkat, risiko bisnis juga meningkat. Sebaliknya, jika ketiga variabilitas tersebut menurun, risiko bisnis juga menurun. Jika manajer keuangan perushaan menginginkan risiko bisnis berkuranhg, tindakan yang dilakukan adalah menstabilkan penjualan, menstabilkan biaya operasi, dan menutrunkan leverage operasi.
2.      pengukuran riskio pendanaan
Karena menggunakan biaya pendanaan tetap, perusahaan sering menghadapi risiko pendanaan. Risiko pendanaan adalah tambahan risiko sebagai akibat perusahaan menggunakan pendanaan dengan hutang dan/atau dengan saham preferen. Risiko pendanaan dapat dicari dengan rumus: koefesien variasi EPS.
Risiko pendanaan memungkinkan terjadi keadaanyang membuat perusahaan tidak dapat menutup biaya tetap pendanaan yang berupa bunga utang jangka panjang (obligasi) dan/atau dividen saham preferen. Apabila penggunaan perdanaan dengan obligasi atau saham preferen semakin meningkat, risiko pendanaan yang ditanggung perusahaan juga seamkin tinggi adanya biaya tetap pendanaan yang semakin tinggi pula.
3.      pengukuran risiko total
Risiko total sama dengan risiko bisnis tambah risiko pendanaan. Jumlah risiko bisnis dan pendanaan membentuk risiko keseluruhan perusahaan. Risiko perusahaan yang tinggi mengarahkan perusahaan ke dalam insolvency. Insolvency yang terjadi pada suatu perusahaan dapat mengakibatkan perusahaan tersebut dilikuidasi.
Apabila kondisinya sedemikian buruk sehingga suatu dengan  perusahaan terpaksa harus dilikuidasi, pemegang saham biasa mempunyai posisi yang sangat lemah dan kecil kemungkina untuk mendapatkan laba.

E. pengukuran risiko dengan pendekatan pasar
Total risiko portofolio terdiri atas dua komponen, yaitu risiko sistematis dan risko tidak sistematis. Beta adalah menunjukkan risiko sistematis. Bera perusahaan dapat digunakan untuk mengukur risiko bisnis, risiko pendanaan, risiko dalam kaitan dengan penggunaan leverage risiko dan total leverage, terlebih risiko sistematis.
Risiko sistematis memengaruhi semua sekuiritas walaupun dalam tingkat yang berbeda. risiko sistematis adalah risiko yang terjadi karena pengaruh pasar secara keseluruhan. Misalnya, perubahan keadaan perekonomian secara umum, pengaruh kebijakan fiscal dan moneter, inflasi, perubahan situasi pasar minyak.
Adapun risiko tidak sistematis adalah risiko yang unik terdapat pada suatu perusahaan atau industri tertentu. Risiko tidak sistematis meliputi faktir pada suatu perusahaan , misalnya gagap teknologi, pengembangan produk baru, dan kegiatan-kegiatan lain yang unik pada suatu perusahaan.
F. Penutup
          Dimensi yang diukur meliputi frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi dan keparahan dari kerugian tersebut. Dalam menentukan tingkat kerugian merupakan hak progatif dari seseorang manager risiko.
            Pengukuran risiko dengan distribusi probabilitas diawali dengan menggunakan konsep sample space dan event. Tafsiran yang pertama yaitu timbulnya tafsiran tentang probabilitas dan penafsiran yang kedua sangat berfaedah dalam menetapkan tindakan yang diambil berkenaan dengan eksposure tersebut.

G. Daftar Pustaka
Suswinarno. 2012.  Aman dari Risiko dalam Pegadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta: Visimedia.
Mulyawan Setia. 2015.  Manajemen Risiko. Bandung: CV Pustaka Setia.
Darmawi Herma. 2013. Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara.



[1] Suswinarno, Aman dari Risiko dalam Pegadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jakarta: Visimedia, 2012., hlm 9.
[2] Setia Mulyawan, Manajemen Risiko, Bandung: CV Pustaka Setia, 2015., hlm 119-120.
[3] Ibid., hlm 121-122.
[4] Herma Darmawi, Manajemen Risiko, Jakarta: Bumi Aksara, 2013., hlm  49-50

No comments

Post a Comment

Ads3

Ads2

Ads1

Kembali ke atas